____Hamba ALLAH____

____Hamba ALLAH____

Sabtu, 27 November 2010

●Ñåungañ Çintå Illåhi●

Oh Cinta, Jangan Pergi Sedetik
pun
CINTA.
Tema yang tak lekang oleh
waktu, yang selalu saja
disuka oleh siapapun dan
kapan pun. Cinta yang
membuat dada bergetar
karena
jantung memompa darah lebih
cepat dari biasanya. Cinta yang
membuat dunia
serasa penuh warna, bahkan
tak jelas lagi antara maya dan
nyata. Ya …cinta
selalu saja asyik untuk
dibicarakan.
Cinta tak melulu hubungan
antara dua lawan jenis.
Cinta tak selalu berisi hasrat
dan nafsu semata. Cinta juga
bisa meraih posisi
tertingginya ketika kita bisa
melewati hal berbau materi.
Inilah ketika cinta
menemui kehakikian dirinya,
yaitu cinta kepada Yang
Mahatinggi. Cinta Ilahi
adalah cinta yang tak terperi
dan tak pernah tergantikan.
Ada saatnya kita ditinggal oleh
orang yang kita
cintai. Ayah, ibu, dan saudara
satu hari nanti akan pergi,
entah karena pindah
tempat tinggal di dunia atau
bahkan menuju kea lam
akhirat alias meninggal.
Sahabat ada kalanya
berkhianat. Kekasih pun ada
masanya harus beranjak ketika
masanya tiba. Sesetia apapun
kekasih kita, dia tidaklah
abadi. Keberadaan
dirinya fana. Gelombang
cintanya naik dan turun, labil,
tak pernah stabil. Bila
semua kondisi sudah begini
keadaannya, tinggallah satu
cinta yang bertahan
untuk selamanya.
...Ada
saatnya kita ditinggal oleh
orang yang kita cintai. Sesetia
apapun kekasih
kita, dia tidaklah abadi.
Gelombang cintanya naik dan
turun....
Cinta ini tak pernah mengenal
akhir. Cinta ini begitu
tulus, tak pernah mengharap
apa pun dari yang dicintai.
Cinta yang tak kenal
usai dan tak kan pernah
meninggalkan kita hingga
kelak bumi dan seisinya usai.
Sayangnya, seringkali kita
menyia-nyiakan cinta putih ini.
Ibarat matahari yang
selalu bersinar di kala siang,
tak jarang kita lupa akan
keberadaannya itu sendiri.
Keberadaan cinta dari Sang
Mahacinta ini sering kita
abaikan.
Di atas semua cinta yang ada,
cinta yang satu ini
berbeda. Di tengah
mendurhakanya kita sebagai
manusia, Dia, Sang Mahacinta
tak
pernah murka. Mahakasihnya
terus mengalir. Terbukti masih
disuplainya oksigen
untuk kita hirup, dan nyawa
untuk memperpanjang jatah
kontrak kita di dunia.
Padahal bila mau, bisa saja Ia
menghentikan semua jenis
penyewaan fana ini.
Tapi sungguh, selalu ada celah
yang diberi-Nya agar manusia
mau bertaubat dan kembali
pada-Nya.
Maka, pantas bila untuk cinta
yang satu ini kita
menghiba agar jangan sampai
ia pergi. Apa jadinya diri ini
bila cinta hakiki
yang memayungi bumi, alam
dan seisinya hengkang dan
menghentikan semua suplai
selama ini? Tak ingin hati
membayangkannya. Bergetar
dada hanya dengan berpikir
selintas tentang kemungkinan
Ia ingin sedikit memberi
pelajaran pada kita.
Na ’udzubillah.
Jangankan sampai murka,
sedikit pelajaran saja sudah
cukup untuk membuat
tunggang-langgang seisi dunia.
Sebut saja tsunami, wasior,
badai Katrina dan banyak lagi
pelajaran lain yang diberi-Nya
untuk kita. Memang
ada peran serta tangan
manusia atas semua kerusakan
itu, tapi tanpa izin-Nya
tentu tak mungkin semua itu
terjadi.
....ada
saatnya nanti, ketika semua
orang yang dicinta telah
berlalu dari kehidupan,
tinggal kita seorang diri
disini....
Sungguh, tak ingin naungan
cinta itu pergi meski
sedetik. Cinta itulah yang
memayungi kehidupan kita di
bumi yang panas, gersang
dank eras ini. Karena ada
saatnya nanti, ketika semua
orang yang dicinta telah
berlalu dari kehidupan, tinggal
kita seorang diri disini.
Lantunan ‘Cinta
jangan Kau pergi, tinggalkan
kusendiri. Cinta jangan Kau
lari, apa arti hidup
ini tanpa cinta dan kasih
sayang-Nya ’, meresep hangat
di jiwa, meninggalkan
jejak yang semakin menambah
timbunan rasa itu pada-Nya.
Ya …pada-Nya saja, bukan
yang lain. [ria fariana/voa-
islam.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar