____Hamba ALLAH____

____Hamba ALLAH____

Rabu, 08 Desember 2010

sifat mulia

Salah
satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al
Qurïan adalah sikap
memaafkan: Jadilah pemaaf dan suruhlah orang
mengerjakan yang makruf, serta jangan
pedulikan orang-orang yang bodoh(QS. Al
Quran, 7:199) Dalam ayat lain Allah berfirman: "dan hendaklah mereka memaafkan dan
berlapang dada. Apakah kamu tidak
suka bahwa Allah mengampunimu? Dan
Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang."(QS. An Nuur, 24:22) Mereka
yg tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur'an
akan merasa sulit
memaafkan orang lain. Sebab, mereka
mudah marah terhadap kesalahan
apa pun yg diperbuat. Padahal, Allah telah menganjurkan orang
beriman bahwa memaafkan adalah lebih
baik:
dan jika kamu maafkan dan kamu santuni
serta ampuni (mereka), maka
sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.(QS. At Taghaabun,64:14) Juga dinyatakan dalam Al Qur'an bahwa
pemaaf adalah sifat mulia yg
terpuji.
"Tetapi barang siapa bersabar dan
memaafkan, sungguh yg demikian itu
termasuk perbuatan yg mulia" (Qur'an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman
adalah orang2 yg bersifat memaafkan,
pengasih & berlapang dada, sebagaimana
dinyatakan dalam Al Qur'an,"
menahan amarahnya & memaafkan
(kesalahan) org lain.(QS. Ali Imraan, 3:134) Pemahaman orang2 beriman tentang
sikap memaafkan sangatlah
berbeda dari mereka yg tidak menjalani
hidup sesuai ajaran Al Qur'an. Meskipun
banyak orang mungkin berkata mereka
telah memaafkan seseorang yg menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk
membebaskan diri dari rasa benci dan
marah dalam hati mereka. Sikap mereka
cenderung menampakkan rasa marah itu.
Di lain pihak, sikap memaafkan orang2
beriman adalah tulus. Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan
belajar dari kesalahan mereka,
mereka berlapang dada & bersifat
pengasih. Lebih dari itu, orang2 beriman
juga mampu memaafkan walau
sebenarnya mereka benar dan orang lain salah. Ketika memaafkan, mereka tidak
membedakan antara kesalahan besar dan
kecil. Seseorang dapat saja sangat
menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan
tetapi, orang2 beriman tahu bahwa segala
sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir tertentu, &
karena itu, mereka berserah
diri dengan peristiwa ini, tidak pernah
terbelenggu oleh amarah. Menurut penelitian terakhir, para
ilmuwan Amerika membuktikan bahwa
mereka yang mampu memaafkan adalah
lebih sehat baik jiwa maupun
raga. Orang2 yg diteliti menyatakan
bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yg
menyakiti mereka. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa orang yg belajar
memaafkan merasa lebih baik, tidak
hanya secara batiniyah namun juga
jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bhwa berdasarkan penelitian,
gejala2 pada kejiwaan & tubuh seperti
sakit punggung akibat stress [tekanan
jiwa], susah tidur dan sakit perut
sangatlah berkurang pada orang-orang ini Dalam bukunya, [Maafkanlah demi
Kebaikan],
Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat
pemaaf sebagai resep yang
telah terbukti bagi kesehatan dan
kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu
terciptanya keadaan baik dalam pikiran
seperti harapan, kesabaran dan percaya
diri dengan
mengurangi kemarahan, penderitaan,
lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara
menyebabkan dampak ragawi yang dapat
teramati pada diri seseorang. Dia
melanjutkan dengan
mengatakan bahwa: Permasalahan
tentang kemarahan jangka panjang atau yg tak berkesudahan adalah kita telah
melihatnya menyetel ulang sistem
pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika
Anda terbiasa dengan kemarahan
tingkat rendah sepanjang waktu, Anda
tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan
semacam aliran adrenalin yang
membuat orang terbiasa. Hal itu
membakar tubuh dan menjadikannya sulit
berpikir jernih memperburuk keadaan.
Sebuah tulisan berjudul [Memaafkan], yg
diterbitkan Healing Current Magazine
[Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi
bulan September-Oktober 1996,
menyebutkan bahwa kemarahan
terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri
orang, dan merusak keseimbangan
emosional bahkan kesehatan jasmani
mereka. Artikel tersebut juga
menyebutkan bahwa org menyadari
setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan
kemudian berkeinginan
memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi,
mereka mengambil langkah2 untuk
memaafkan. Disebutkan pula bahwa,
meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan
waktu2 berharga dari hidup mereka
dalam kemarahan & kegelisahan, & lebih
suka memaafkan diri mereka sendiri dan
orang lain.Semua penelitian yang ada
menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah
keadaan pikiran yg sangat merusak
kesehatan manusia. Memaafkan, di
sisi lain, meskipun terasa berat, terasa
membahagiakan, satu bagian dari akhlak
terpuji, yg menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu
orang tersebut menikmati hidup yang
sehat,baik secara lahir maupun batin.
Namun, tujuan sebenarnya dari
memaafkan sebagaimana segala sesuatu
lainnya haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat
akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya
telah dibuktikan secara ilmiah, telah
dinyatakan dalam banyak ayat Al Quran,
adalah satu saja dari banyak sumber
kearifan yang dikandungnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar