____Hamba ALLAH____

____Hamba ALLAH____

Rabu, 08 Desember 2010

mengajarkan cinta

Diriwayatkan dalam sahih Bukhari dengan
sanadnya, dari Ibnu Syihab dari Urwah
bin Az Zubair dari Aisyah, ummul
mukminin menceritakan hadits tentang
pemulaan turunnya wahyu, yaitu ketika
Malaikat Jibril turun menemui Muhammad di gua Hira’ dan memintanya membaca ” iqra’ ” tiga kali. Tiga kali juga Muhammad saw.
menjawab “Maa ana biqari’ “, menegaskan bahwa beliau tidak bisa membaca. Kata
“maa” merupakan penafian atau pengingkaran bahwa memang beliau tidak
sanggup membaca sama sekali. Kemudian
Jibril mendekapnya dengan kuat. Peristiwa
tiba-tiba itu membuat Muhammad saw.
takut dan khawatir terhadap dirinya. Muhammad saw. segera pulang menemui
Khadijah binti Khuwailid ra seraya
berkata, “Selimuti aku, selimuti aku.” Dengan sigap Khadijah menyelimutinya,
perlahan rasa takut mulai menghilang.
Setelah merasa tenang, Muhammad saw.
menceritakan kejadian yang dialaminya.
“Sungguh saya takut terhadap diriku. ” pungkas Muhammad saw. “ تلاقف ةجيدخ : الك هللاو ام كيزخي هللا ادبأ كنإ لصتل محرلا ، لمحتو لكلا ، بسكُتو مودعملا ، ىرقُتو فيضلا ، نيعُتو ىلع بئاون قحلا ” Dengan sigap dan mantap Khadijah
menjawab, “Tidak, sekali-kali tidak, Demi Allah, Allah tidak akan menghinakan
engkau selamanya, karena engkau
penyambung silaturahim, membantu yang
memerlukan, meringankan orang yang
tidak berpunya, memulyakan tamu dan
menolong untuk kebenaran.” Yang menarik untuk disebut dari
periwayatan ini adalah, bahwa Aisyah istri
Rasulullah saw. sangat cemburu dengan
Khadijah , namun demikian, Aisyah secara
amanah meriwayatkan kisah ini apa
adanya, tidak dikurangi sedikit pun. Subhanallah! ( لخدف ىلع ةجيدخ تنب دليوخ ) “Maka Muhammad segera pulang menemui Khadijah di rumahnya ”, mengisyaratkan bahwa Muhammad saw.
“betah” berkeluarga dengan Khadijah, bahkan beliau mengkhususkan curhat
kepadanya atas kejadian yang dialaminya.
Padahal Khadijah ra tidak sendirian di
rumahnya, Khadijah bersama anak-
anaknya -bukan anak Muhammad dari
hasil pernikahan dengan Khadijah-. Seandainya Muhammad saw. tidak
“betah” di rumah Khadijah, pasti beliau tidak akan pulang ke rumah Khadijah di
saat dirinya dihantui ketakutan seperti itu. Muhammad saw. minta diselimuti, ketika
rasa takut dalam dirinya lenyap dan rasa
khawatir yang menyelimuti jiwanya
hilang, Muhammad saw. baru
menceritakan apa yang terjadi. Rasa takut yang demikian hebat mampu
menghalangi berpikir jernih dan
menghambat berinisiatif secara cepat dan
tepat. ( املف بهذ نع ميهاربإ عورلا هتءاجو ىرشبلا انلداجي يف موق طول ( “Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang
kepadanya, diapun bersoal jawab dengan
(malaikat-malaikat) kami tentang kaum
Luth.” Huud:74 ( هولمزف ىتح بهذ هنع عورلا ) Penggunaan huruf ” fa’ ” dalam potongan hadits di atas menunjukkan kesigapan
seorang istri, “Maka Khadijah langsung menyelimutinya, sehingga hilanglah rasa
takut darinya. ” Muhammad saw. terkenal sebagai seorang
yang selalu menjaga kehormatan dan
kepribadian dirinya, sehingga tidak
mungkin beliau meminta diselimuti, kalau
bukan karena kondisi yang menimpa
dirinya sedemikian hebat. Namun, rasa takut dan khawatir yang
dialami Muhammad saw. adalah hal yang
wajar, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya
juga demikian, “Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang
aneh perbuatan mereka, dan merasa
takut kepada mereka. Malaikat itu
berkata: “Jangan kamu takut, Sesungguhnya kami adalah (malaikat-
malaikat) yang diutus kepada kaum Luth. ” Huud:70 “Maka Musa merasa takut dalam hatinya. ” Thaaha:67 “(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap
mereka. mereka berkata: “Janganlah kamu takut”, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran)
seorang anak yang alim (Ishak). Adz
Dzariat:28 Muhammad menceritakan kejadian yang
dialaminya setelah beliau benar-benar
merasakan ketenangan. Muhammad
memilih Khadijah sebagai tempat curhat
beliau. Kenapa? Karena Khadijah orang
yang paling tahu tentang dirinya, orang yang paling dekat dengannya, Khadijah
tahu, bahwa apa yang diceritakan
suaminya adalah benar. Sekaligus Muhammad saw. juga paham
bahwa istrinya mampu memberi jalan
keluar dari peristiwa yang hadapinya. Khadijah seorang yang cerdas, mengetahu
solusi jitu atas apa yang dialami suaminya,
termasuk perihal yang belum pernah
terjadi sekalipun. Permulaan turunnya wahyu merupakan
tahapan baru bagi kehidupan Muhammad
saw. turunnya wahyu dengan tiba-tiba
menjadikan diri beliau berubah statusnya.
Turunya permulaan wahyu ini sebagai
deklarasi tersambungnya kembali antara langit (risalah Ilahiyah) dengan bumi
(tugas penyampaian dan sikap optimisme
hidup). Tersambungnya kembali jalinan langit dan
bumi, setelah sebelumnya terputus
beberapa abad. Inilah proses penguatan
jiwa Muhammad saw. sebagai seorang
manusia untuk menerima risalah Ilahiyah. Karena itu, Muhammad saw. berkata,
“Saya takut terhadap diriku sendiri ” rasa takut terhadap apa yang ia lihat dan di
dengar itu bagian dari tipu daya jin atau
dukun, sebagaimana yang dipaparkan
dalam buku-buku sirah tentang ketakutan
Muhammad saw. terhadap dirinya. Khadijah menjawab dengan mantap,
karena dilatar belakangi pengenalan
panjangnya terhadap pribadi Muhammad
saw. sejak menjadi pedagang. Pengenalan panjang Khadijah sebelum
menikah dengan Muhammad, yaitu
informasi di dapat dari pembantunya
yang bernama Maisaroh -seorang laki-
laki- yang menemani Muhammad saw.
berdagang ke Syam, di mana Maisaroh melihat awan dengan mata kepala sendiri
berjalan menaungi Muhammad saw. di
suasana terik matahari. Dalam riwayat
lain dua malaikat menaungi Muhammad
saw. kemana saja ia berjalan dari terik
matahari. Atau berteduhnya Muhammad saw. di
bawah sebuah pohon. Seorang Rahib
yang melihat kejadian itu berkomentar,
“Tidak ada orang yang berteduh di pohon ini kecuali ia adalah seorang nabi,
sebagaimana diterangkan dalam kitab asli
kami.” Dan ketika diceritakan ciri-ciri Muhammad, maka itu persis tertulis
dalam kitab mereka. Kisah ini ditulis di banyak buku sirah,
seperti sirah Ibnu Ishaq, sirah Ibnu
Hisyam, sirah As Suyuthi, sirah As Suhaili
dan lain-lain. Makanan, ketika Khadijah menjawab
dengan mantap, “Tidak, sekali-kali tidak” adalah berdasarkan data-data panjang
yang ia ketahui sebelumnya. Jawaban
yang juga tidak diduga Muhammad saw.
sendiri. Jawaban tegas, memancar dari
aliran cintanya kepada suaminya. Kenapa
tidak? Karena Khadijah yakin bahwa beliau adalah utusan Allah swt. untuk
umat ini. Khadijah segera mencarikan informasi
kepada tokoh agama, Waraqah bin
Naufal, atau kepada pendeta Buhaira
tentang kejadian yang dialami Muhammad
saw. Keduanya berkomentar, bahwa
Muhammad seorang nabi akhir zaman untuk umat ini. Proses nikahnya Khadijah dengan
Muhammad pun unik, dimana Khadijah
meminta salah seorang wanita Quraisy
untuk mempengaruhi Muhammad dengan
menceritakan keistimewaan dan kelebihan
Khadijah. Di akhir lobi, wanita itu menawarkan kepada Muhammad, bahwa
Khadijah layak menjadi Istrinya, dan
Muhammad cocok menjadi suaminya. Dengan ditemani pamannya, Abu Thalib
dan paman-paman yang lain, Muhammad
saw. melamar Khadijah. Sejarah sirah
mencatat, bahwa Khadijah ketika itu
sebagai seorang pebisnis ulung yang
sangat kaya raya. Kisah lain yang menguatkan bahwa
Muhammad saw. seorang Rasul adalah
sebagaimana diriwayatkan Imam Baihaqi
dari Ibnu Ishaq, bahwa Khadijah
bersanding dengan Muhamamd saw. di
dalam rumahnya. Khadijah berkata, “Apakah engkau melihat Malaikat Jibril? Muhammad menjawab, “Ya ”. Maka Khadijah masuk kebilik kamarnya dan
bersanding dengan Muhammad seraya
membuka tutup kepala dan cadar yang
dipakainya. Khadijah kembali bertanya,
“Apakah engkau masih melihatnya? Tidak, jawab Muhamamd saw. Khadijah
berkomentar, Ia bukanlah setan, ia adalah
malaikat wahai putra pamanku. Khadijah
yakin dan bersaksi bahwa apa yang
dibawa Muhammad saw. adalah
kebenaran. Demikian, kita melihat sikap bijak ummul
mukminin, Khadijah ra. Dirinya menjadi
dewasa dan matang bersamaan dengan
kejadian-kejadian yang dialaminya.
Khadijah menjadi mudah menyelesaikan
persoalan bersamaan dengan permasalahan-permasalahan yang
dihadapinya. Khadijah tidak sekedar
menggembirakan dan membela
Muhammad saw. berdasarkan dugaan
atau kamuflase belaka. Akan tetapi
Khadijah mempersembahkan pembelaan dan menyenangkan hati suaminya karena
berdasarkan data-data panjang yang ia
hadapi selama ini. Dengan sigap dan penuh cinta, Khadijah
mendampingi suaminya menghadapi
persoalan hidup. Allahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar