____Hamba ALLAH____

____Hamba ALLAH____

Rabu, 08 Desember 2010

Mempersiapkan anak yang menyejukkan pandangan 1

Dan orang-orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah untuk kami isteri-
isteri dan anak keturunan kami yang
menjadi penyejuk mata kami, dan
jadikanlah kami pemimpin bagi orang-
orang yang bertaqwa ”. (QS. Al-Furqan: 75) Imam Ibnu Katsir memahami qurratu
a’yun dalam ayat ini sebagai anak keturunan yang taat dan patuh mengabdi
kepada Allah. Ibnu Abbas menjelaskan bahwa keluarga
yang dikategorikan qurratu a ’yun adalah mereka yang menyenangkan pandangan
mata di dunia dan di akhirat karena
mereka menjalankan ketaatan kepada
Allah, dan memang kata Hasan Al-Bashri
tidak ada yang lebih menyejukkan mata
selain dari keberadaan anak keturunan yang taat kepada Allah swt. Secara bahasa, anak dalam bahasa Arab
lebih tepat disebut dengan istilah At-Thifl
Pengarang Al-Mu’jam al-Wasith mengartikan kata At-Thifl sebagai anak
kecil hingga usia baligh. Berdasarkan pembacaan terhadap ayat-
ayat Al-Qur ’an yang menyebut kata Ath- Thifl yang berarti anak yang masih kecil
sebelum usia baligh, maka terdapat empat
ayat yang menyebut kata ini secara
tekstual. Dua ayat berbicara tentang
proses kejadian manusia yang berawal
dari air mani, yaitu surah Al-Hajj: 5 dan surah Ghafir: 67. Sedangkan kedua ayat lainnya yang
menyebut kata At-Thifl terdapat dalam
surah An-Nur : 31 dan 59 yang
menjelaskan tentang adab seorang anak
di dalam rumah terhadap kedua orang
tuanya. Yang paling mendasar dalam pembahasan
seputar anak tentu tentang kedudukan
anak dalam perspektif Al-Qur’an agar dapat dijadikan acuan oleh orang tua dan
para pendidik untuk menghantarkan
mereka menuju kebaikan dan memelihara
serta meningkatkan potensi mereka. Al-Qur’an menggariskan bahwa anak merupakan karunia sekaligus amanah
Allah swt, sumber kebahagiaan keluarga
dan penerus garis keturunan orang
tuanya. Keberadaan anak dapat menjadi: 1.Penguat iman bagi orang tuanya [QS: 37:
102] seperti yang tergambar dalam kisah
Ibrahim ketika merasa kesulitan
melakukan titah Allah untuk
menyembelih Ismail, justru Ismail
membantu agar ayahnya mematuhi perintah Allah swt untuk
menyembelihnya, 2.Anak bisa menjadi do’a untuk kedua orang tuanya. [QS: 17: 24], 3.Anak juga dapat menjadi penyejuk hati
(Qurratu A’ayun), [QS: 26: 74], 4.Menjadi pendorong untuk perbuatan
yang baik [QS: 19: 44]. Akan tetapi, pada
masa yang sama, anak juga dapat menjadi 5.Fitnah, [QS: 8; 28] 6), bahkan anak dapat
menjelma menjadi musuh bagi orang
tuanya. [QS: 65: 14] Salam Ikhlas !
--------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar