____Hamba ALLAH____

____Hamba ALLAH____

Kamis, 09 Desember 2010

Apa yang sedang kita cari?

APA YANG SEDANG KITA CARI ? “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepada-Nyalah penyerahan diri segala
apa yang di langit dan di bumi, baik
dengan suka maupun terpaksa dan hanya
kepada Allahlah mereka di kembalikan.”. Qs. Ali-Imran:83 Sahabat, “Sekali kita hidup dan sekali kita gagal dalam menyikapinya, maka
kegagalan beruntun akan menanti
sepanjang masa. Di dunia akan sengsara,
sakaratul maut penuh derita, dialam
kubur tersiksa, di alam mahsyar merana
dan menjadi penghuni tetap didalam neraka ”. Membaca kalimat bijak itu, kita ingat kembali dengan ungkapan Imam
JA ’far bin Muhammad al-Shidiq, ia berkata: “Siapapun yang hari ini dan hari berikutnya sama, maka ia adalah orang
yang tertipu!. Siapapun yang akhir dari
dua hari yang dilewatinya buruk, maka ia
adalah orang yang terkutuk!. Siapapun
yang tak melihat adanya pertambahan
dalam dirinya, maka ia adalah orang yang berkekurangan!. Dan siapapun yang
dirinya berkekurangan,maka kematian
lebih baik baginya dari pada kehidupan ”. Dua nasehat yang sarat makna itu
mengingatkan kita pada kondisi kekinian,
dimana kita hidup dan menjalani
kehidupan. Kita saksikan betapa banyak
saudara, sahabat ataupun mungkin kita
sendiri yang hingga hari ini tidak tahu tentang arti hakekat dan tujuan hidup.
Terlihat, perilaku manusia kebanyakan
tidak nampak memperlihatkan kesadaran,
tetapi justru memperlihatkan
kemungkaran. Entahlah, sesungghuhnya
mereka tidak tahu, atau tidak mau tahu?. Tetapi itulah potret buram yang sedang di
pertontonkan makhluk yang bernama
manusia. Marilah kita bertanya,
sesungguhnya apa sebenarnya yang
sedang kita cari?. Mungkin kita sudah begitu lelah berjalan.
Dan entah sudah berapa tempat yang kita
datangi ?, sudah berapa daerah yang kita
singgahi. Namun hingga hari ini kita masih
terus berjalan, mencari-cari apa
sesungguhnya yang kita cari. Sudahilah perburuan dunia yang memang tak
pernah memberikan kepuasan. Marilah
kita catat dalam hati, bahwa tujuan hidup
yang sejati adalah apabila kita mencapai
kemuliaan ruhani. Sebab keutamaan
ruhani adalah sesuatu yang sangat berharga yang dapat diraih manusia.
Orang yang mempertahankan jiwa dalam
khasanah ruhani dan memposisikan dunia
hanya sebagai persinggahan dan tempat
mengumpulkan bekal, mereka akan
memperoleh kepuasan dalam perjalanan hari-harinya. Dan mereka tidak mau
menukar kekayaan ruhani dengan
keuntungan materi sebanyak apapun.
Kesadaran ruhani yang paling dalam
adalah kesadaran bahwa hidup adalah
kesementaraan yang harus dilakukan dengan tanggung jawab. Dalam dirinya
tertanam keyakinan bahwa dunia ini akan
berakhir, dan hanya orang-orang yang
bertanggung jawab untuk menunaikan
amanahnya yang akan memperoleh
kemenangan. Sebab hidup bagi mereka adalah bukan semata menuruti selera
hawa nafsu, mengejar karier, menumpuk-
numpuk harta kekayaan atau mengejar
pangkat dan jabatan. Menarik apa yang di ungkapkan oleh
syekh Ahmad Athaillah ketika berbicara
tentang hidup. Beliau katakan; ada dua
kedudukan manusia dalam mengarungi
hidup ini, ialah sebagai ‘abid kepada ma’bud-nya, gelarnya adalah ‘abdullah (hamba Allah). Dan sebagai sesama
hamba Allah dengan tugas
menyelamatkan pemberian Allah dari
kerusakan dan kemusnahan, gelarnya
adalah khalifatullah. Dalam arti lain,
tugasnya menunaikan kewajiban terhadap Allah, memuja dan mengingat_nya. tetapi
juga ia harus menjalankan kehidupan
peribadinya dengan keluarga, dan
masyarakat sekelilingnya. Jika kedua tugas
ini dapat dilaksanakan dengan baik sesuai
dengan ketentuan dan peraturan Allah, maka keberadaan manusia diciptakan
bukan saja mendapatkan kemuliaan tetapi
juga sesuai dengan tujuan ia di ciptakan.
Itulah dua posisi hidup manusia, yaitu
sebagai hamba Allah dan sebagai
khalifatullah. Dua posisi ini semakin memperjelas tentang siapa dan untuk apa
kita hidup. Dan sekaligus memperjelas apa
yang sedang kita cari dalam hidup?. Sebagai hamba Allah yang meyakini
bahwa kehidupan ini ada dalam
genggaman-Nya dan menyadari bahwa
setiap gerak akan di
pertanggungjawabkan kepada-Nya. Maka
konsep tujuan hidup yang mengakar dalam dirinya adalah menggapai keridhan
Allah melalui penghambaannya yang
secara sadar dan ikhlas di lakukan. Karena
itulah bagi setiap muslim hidup bukan
hanya sebatas ada di dunia, tetapi selalu
berusaha memberikan makna tentang keberadaannya itu. Hidup yang bermakna
tidak diukur dari seberapa lama kita
hidup, tetapi diukur dari seberapa
efektifkah kita mampu memanfaatkan
hidup. Pencarian kita tentang makna
hidup bukan didasari pada kepentingan- kepentingan materi semata, tetapi harus
didasari akan tanggung jawab kita sebagai
hamba yang setiap geraknya selalu
terukur pada ketentuan Allah. Dengan
konsep hidup yang seperti ini kita akan
mengetahui, apa sesungguhnya yang sedang kita cari?. Tiada lain hanyalah
menggapai ridha Ilahi untuk kebahagiaan
hakiki.

1 komentar: