____Hamba ALLAH____

____Hamba ALLAH____

Rabu, 08 Desember 2010

Antara ridha dan pasrah

Ridha berasal dari kata radhiya-yardha
yang berarti menerima suatu perkara
dengan lapang dada tanpa merasa
kecewa ataupun tertekan. Sedangkan
menurut istilah, ridha berkaitan dengan
perkara keimanan yang terbagi menjadi dua macam. Yaitu, ridha Allah kepada
hamba-Nya dan ridha hamba kepada
Allah (Al-Mausu'ah Al-Islamiyyah
Al-'Ammah: 698). Ini sebagaimana
diisyaratkan Allah dalam firman-Nya,
''Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.'' (QS 98: 8). Ridha Allah kepada hamba-Nya adalah
berupa tambahan kenikmatan, pahala,
dan ditinggikan derajat kemuliaannya.
Sedangkan ridha seorang hamba kepada
Allah mempunyai arti menerima dengan
sepenuh hati aturan dan ketetapan Allah. Menerima aturan Allah ialah dengan
melaksanakan segala perintah-Nya dan
menjauhi semua larangan-Nya. Adapun
menerima ketetapannya adalah dengan
cara bersyukur ketika mendapatkan
nikmat dan bersabar ketika ditimpa musibah. Dari definisi ridha tersebut terkandung
isyarat bahwa ridha bukan berarti
menerima begitu saja segala hal yang
menimpa kita tanpa ada usaha sedikit pun
untuk mengubahnya. Ridha tidak sama
dengan pasrah. Ketika sesuatu yang tidak diinginkan datang menimpa, kita dituntut
untuk ridha. Dalam artian kita meyakini
bahwa apa yang telah menimpa kita itu
adalah takdir yang telah Allah tetapkan,
namun kita tetap dituntut untuk berusaha.
Allah berfirman, ''Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri.'' (QS 13: 11). Hal ini berarti ridha menuntut adanya
usaha aktif. Berbeda dengan sikap pasrah
yang menerima kenyataan begitu saja
tanpa ada usaha untuk mengubahnya.
Walaupun di dalam ridha terdapat makna
yang hampir sama dengan pasrah yaitu menerima dengan lapang dada suatu
perkara, namun di sana dituntut adanya
usaha untuk mencapai suatu target yang
diinginkan atau mengubah kondisi yang
ada sekiranya itu perkara yang pahit.
Karena ridha terhadap aturan Allah seperti perintah mengeluarkan zakat,
misalnya, bukan berarti hanya mengakui
itu adalah aturan Allah melainkan disertai
dengan usaha untuk menunaikannya. Begitu juga ridha terhadap takdir Allah
yang buruk seperti sakit adalah dengan
berusaha mencari takdir Allah yang lain,
yaitu berobat. Seperti yang dilakukan
Khalifah Umar bin Khathab ketika ia lari
mencari tempat berteduh dari hujan deras yang turun ketika itu. Ia ditanya,
''Mengapa engkau lari dari takdir Allah,
wahai Umar?'' Umar menjawab, ''Saya lari
dari takdir Allah yang satu ke takdir Allah
yang lain.'' Dengan demikian, tampaklah perbedaan
antara makna ridha dan pasrah, yang
kebanyakan orang belum mengetahuinya.
Dan itu bisa mengakibatkan salah persepsi
maupun aplikasi terhadap makna ayat-
ayat yang memerintahkan untuk bersikap ridha terhadap segala yang Allah
tetapkan. Dengan kata lain pasrah akan
melahirkan sikap fatalisme. Sedangkan
ridha justru mengajak orang untuk
optimistis. Wallahu a'lam. ----------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar